Selasa, 08 Desember 2015

KUMPULAN CERPEN PERSAHABATAN TERBAIK

Ok sobat bloger kembali lagi di blog saya, terimakasih sudah berkunjung, edisi kali ini saya akan membagikan cerpen persahabatan buat kalian, ceritanya cukup menginspirasi , so buat kalian yang punya sahabat baik jangan sering brantem ya, sahabat itu susah dicari lho !!! ok langsung aja disimak ceritanya semoga bermanfaat ^_^ 

 

Surat Terakhir Dari Sahabat




Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 5 June 2013

Hari ini adalah hari dimana sahabatku Rena pindah sekolah. Dia akan pindah ke Australia karena mengikuti pekerjaan papanya. Di saat itu aku sedang duduk dengan Rena berdua di ruang kelas
“Ren, apa kamu akan benar-benar pindah sekolah?” Aku bertanya.
“Iya aku akan benar-benar pindah” Jawab Rena.
“Tapi kamu akan meninggalkanku sendiri disini” Jawabku lagi dengan sedih.
“Aku tahu Mitha. Aku juga berat meninggalkanmu karena kamu sahabatku satu-satunya” ucapnya lagi.
Aku hanya bisa tersenyum. karena Rena adalah sahabat baikku. Kemana pun pergi kita selalu bersama.
“Tenanglah jangan bersedih, walau pun kita jauh kita tetap menjadi sahabat. Dan aku janji akan mengirim surat tentang kabarku disana. Jadi, kamu gak perlu sedih lagi” Ucapnya menenangkanku.
“Janji ya” Ucapku sambil melingkarkan jari kelingking.
Rena pun mengangguk. Kini saatnya Rena berpamitan kepada guru dan teman-teman.
Dari sini aku tidak kuat menahan air mataku lagi hingga aku menangis.
“Selamat tinggal sahabatku. Jangan lupakan aku ya” Ucap Rena menghampiriku.
“Aku takkan pernah melupakanmu sampai kapan pun” Jawabku sambil tersenyum.
“Jangan nangis ya sahabatku” Ucap Rena sambil mengusap air mataku.
“Iya asalkan kamu selalu mengabariku” Jawabku.
“Selalu” Jawabnya singkat.
Akhirnya Rena pun pergi. Dia di bawa oleh mobil. Di saat itu aku menangis karena sahabatku pergi.
“Jangan lupakan aku ya” Teriakku sambil melambaikan tangan.
Kini hari pertama sekolah tanpa ada Rena sahabatku. Biasanya kami selalu kejar-kejaran di lapang. Kini hanya bayangannya saja.
Di hari pertama ini aku sangat sedih karena tanpa adanya Rena. Aku pulang ke rumah dengan lesu. Semangatku berkurang tanpa ada Rena.
Aku pun terdiam duduk sendiri di halaman rumah. Aku sangat sedih sekali. Hatiku menangis karena Rena tidak ada di sisiku.
“Kenapa Rena tidak mengabariku? Apakah dia sudah melupakanku?” Ucapku kesal
Dan aku pun melihat kotak surat yang ada di depan rumahku. Aku menghampirinya barangkali ada surat dari Rena. Aku pun melihat. Aku terkejut ternyata Rena tidak melupakanku. Aku langsung membawa surat itu ke kamar dan membaca isi surat itu
To: Mitha
Haii.. Apa kabar sahabatku? Semoga kamu baik-baik saja disana ya. Sekarang kamu lagi ngapain? Aku kangen banget sama kamu. Aku janji gak akan lupain kamu walau kita jauh. Buktinya aku janji ngirim surat ke kamu. Sekarang kamu harus janji jangan sedih lagi Okeee… Sekian dulu ya nanti ku sambung lagi. Laff Youu Mitha
Sahabatmu,
RENA
Setelah mendapatkan surat itu hatiku senang. Dan aku janji tak akan sedih lagi.
Kini hari-hariku senang karena tiap hari aku mendapatkan surat dari Rena. 10 hari berturut-turut aku mendapatkan surat dari sahabatku Rena.
Hari ini sepulang sekolah aku mengecek kotak surat, tetapi tidak ada satu surat pun dari Rena. Tapi aku maklumi mungkin Rena sedang sibuk.
Sampai akhirnya sudah 3 hari Rena tidak mengirim surat.
“Kenapa sampai saat ini Rena tidak mengirim surat untukku? Apakah dia lupa denganku?” Aku pun bertanya-tanya.
Hingga sekarang sudah 5 hari Rena tidak kunjung mengirim surat. Aku mulai kesal dan benci dengan Rena karena dia sudah melupakanku.
Keesokan harinya, Mamaku mengetuk pintu kamarku pagi-pagi sekali. Aku pun masih dalam keadaan ngantuk. Aku pun membuka pintu dan berkata.
“Ada apa Ma? Inikan masih pagi dan aku masih ngantuk!” Jawabku.
“Ada yang perlu Mama sampaikan. Ini sangat penting sekali” Jawab Mamaku dengan raut muka sedih.
“Memang ada apa?” Tanyaku bingung dengan penuh penasaran.
“Mama harap kamu jangan kaget. Barusan Mama mendapat kabar dari papanya Rena. Kalau Rena …” Jawab Mama terpotong.
“Rena kenapa Ma? Jawabku memotong pembicaraan Mama.
“Re… Re.. Rena.. Meninggal dunia” Jawab Mama sedih.
Dari sana ketika aku mendengar Rena meninggal dunia serentak membuatku kaget dan tidak percaya.
“Hahaha .. Mama ini ngomong ada-ada saja” Jawabku tidak percaya”
“Sayang, Mama tahu Rena adalah sahabat baikmu. Tapi ini bukan lelucon. Rena benar-benar meninggalkan kita semua. Dan ini ada surat dari Rena yang baru sampai. Coba sekarang kamu baca” Jawab Mama dengan lembut dan memberikan surat itu padaku.
“Apa ini benar Ma?” Jawabku dengan mata berkaca-kaca sambil mengambil surat itu.
Mama hanya mengangguk dan tersenyum padaku dan aku pun mulai membaca isi surat itu.
To : Mitha
Hallo sahabatku, apa kabar? Semoga sehat ya. Maaf aku baru kirim surat lagi ke kamu sekarang. Maaf banget ya Mitha. dan alasannya aku mengirim surat sekarang karena hari ini aku akan melakukan operasi. Kamu pasti tidak tahu aku akan melakukan operasi. Maafkan aku Mitha selama kita bertahun-tahun bersahabat, kamu belum tahu tentang penyakitku. Aku mempunyai kanker otak dan itu sudah parah. Maafkan aku Mitha aku tidak bisa berbicara langsung ke kamu tapi aku menggunakan surat ini. Maafkan aku Mitha, aku tidak pernah bercerita dan terus terang karena aku tidak mau sedih dan aku pergi ke Australia bukan untuk bersekolah tapi juga untuk mengobati penyakitku. Maafkan aku Mitha menyembunyikan dari kamu. Sekarang aku akan melalukan operasi. Aku menyempatkan diri untuk menulis surat ini karena aku sudah berjanji akan selalu mengirim surat untukmu. Aku minta doanya ya semoga operasiku lancar. Dan jika aku pergi tolong ikhlaskan aku karena aku gak mau lihat kamu sedih. Jika aku pergi untuk selamanya maafkan aku tidak bisa mengirim surat lagi untukmu. Dan maafkan semua kesalahanku. Jika aku benar-benar pergi pesan terakhirku jangan pernah bersedih lagi ya dan simpan surat ini sebagai kenangan terakhir sekaligus surat terakhir dariku. Jika aku tak bisa membuka mataku lagi. Dan yang perlu kamu tahu kamu akan tetap berada di hati kecilku selamanya ..
Sahabatmu,
RENA

KUMPULAN CERPEN TERBARU, EDISI CERPEN TERBAIK

 Kali ini saya akan membagikan beberapa cerpen hasil karya sahabat-sahabat kita,, nah penasaran kan ok langsung aja kita simak cerpennya...

Rindu Yang Tak Pernah Lekang




Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 23 October 2015

Aku selalu menulis di diary hitamku yang sehitam mimpi-mimpiku. Sehitam rindu yang tak pernah lapuk, seiring zaman yang semakin kejam memenjaraku dalam kesunyian. Selalu ku tulis di akhir halamanku: diary, aku merindukan Mama dan Papa. Halaman-halaman itu semakin buram, seburam mataku yang berlinang air mata. Maka setelah itu aku selalu menutup diary hitamku dan kembali asyik dengan duniaku yang sunyi.
Aku terbangun dari mimpi panjangku ketika ku dengar suara ribut dari ruang sebelah. Disusul suara tembakan membahana. Satu tembakan menyusul suara tembakan yang selanjutnya. Aku terperanjat dan segera berlari ke ruang tamu, tiba-tiba tercium bau anyir darah. Tidak! Baru kali ini aku membaui bau anyir yang sangat pekat menyengat hidungku. Ku ikuti sumber bau itu. Bau anyir itu menuntunku menuju kamar Mama yang tak terlalu jauh dari ruang tamu. Pintu kamar itu terbuka beberapa senti. Lambat-lambat ku dengar suara isak tangis seorang lelaki.
Papa. Ya, itu suara Papa. Ada apakah gerangan? Aku tidak bisa memendam semua rasa penasaranku yang membuncah. Hingga kenop pintu ku buka, dan pada saat itulah aku melihat Papa menangis dengan suasana yang begitu tragis. Di sudut ruangan kamar yang menguarkan kengerian yang mencekam, mataku menangkap dua sosok tubuh tak bernyawa. Tergeletak tak berdaya di atas lantai putih dengan genangan darah merah yang seperti membara. Tidak! Aku tahu, salah satu dari tubuh bersimbah darah itu adalah tubuh Mamaku. Dan satu lagi, aku tak tahu pasti siapa dia. Seorang lelaki dengan pakaian yang nyaris telanjang. Darah bersimbah diamana-mana. Dari sanalah sumber bau anyir menyengat itu.
“Papa!”
Papa mendongak dengan tatapan tak percaya. Aku berlari dengan berurai air mata. Aku benar-benar yakin Papa telah membunuh Mama. Papa seorang pembunuh! Aku berlari ke luar rumah dengan air mata yang semakin menggenang di kedua pipiku. Oh Tuhan, Papa mengejarku. Apakah dia juga ingin membunuhku? Aku menghentikan langkah kakiku dan lututku gemetar memikirkan hal itu. Aku terduduk di atas rerumputan yang masih basah dengan embun pagi. Aku gemetar saat Papa mendekatiku.
“Papa. ke-kenapa ma-ma di–” Papa meraihku dan memeluk tubuhku yang gemetar ketakutan. Dia mencium keningku dengan penuh sayang. Ku rasai detak jantungnya dan gemetar tangannya. Desah napasnya dan air matanya membasahi punggungku. Papa membelai rambutku dengan penuh cinta.
“Kenapa Papa membunuh Mama?”
Papa menatapku sayu, “Tidak sayang, Papa tidak membunuh Mamamu. Mamamu setia kepada Papa. Tetapi wanita itu mengkhianati cinta Papa. Itu bukan Mama yang selama ini Papa kenal.”
“Tidak! Itu benar-benar Mama yang aku kenal,” batinku berontak.
Aku tak pernah mengerti dengan semua kata-kata Papa. Aku hanyalah bocah berumur belasan tahun yang tak tahu apa-apa. Aku suka pelukan Papa, tapi aku juga masih menginginkan belaian kasih Mama. Oh Papa, kenapa kau lakukan itu?
Sepanjang malam itu aku menangis dan Papa mendiamkanku karena dia juga selalu menangis sesering aku menangis. Itu yang aku tahu jika ku lihat matanya sebak. Nenek selalu bertanya kenapa kau selalu menangis. Papa menjawab bahwa aku sedang sakit. Ingin sekali aku mengatakan yang sebenarnya pada Nenek, tapi Papa bilang, jika aku mengatakan hal yang sebenarnya, Papa akan masuk penjara dan tidak akan bisa mengurusku lagi. Nenek juga bertanya ada apa sampai pulang ke desa tanpa ada pemberitahuan dahulu. Dan kenapa pula Mamaku tidak ikut.
“Dia sedang ada urusan.” Jawab Papa dengan suara bergetar. Sementara Adikku selalu tertawa dan asyik dengan teman-temannya.
Aku masih ingat dengan kepergian kami bertiga. Papa, aku dan Adikku meninggalkan rumah dengan tatapan curiga para tetangga. Curiga dengan keributan, suara tangisanku, atau wajah Papa yang misterius, barangkali. Maka sepanjang perjalanan itu menangislah aku. Sementara Papa mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Aku selalu terkesiap jika mobil melewati tikungan tajam atau jalanan menurun. Beruntung jalanan itu lenggang dengan kendaraan.
“Papa!!!” seruku memperingatkan.
“Diam!!” Bentak Papa dan mobil tiba-tiba direm mendadak sebelum menabrak bebatuan tebing yang mencuat di kiri kanan jalanan. Papa memukul dahinya dan untuk kesekian kalinya dia kembali menangis sesenggukan. Aku tahu Papa tertekan dan shock dengan apa yang selama ini dia lakukan. Apakah Papa menyesal telah membunuh Mama dan seorang laki-laki yang entah siapa?
Dua hari kami di desa Nenek. Tiba-tiba saja datang beberapa orang polisi untuk menangkap Papa.
“Bapak Darma telah melakukan pembunuhan dua orang sekaligus, termasuk istrinya dua hari yang lalu.” Terang seorang polisi ketika Nenek bertanya pada mereka. Nenek shock dan tiba-tiba tubuhnya menggelosor tak berdaya. Papa tampak terdiam sayu.
Tanpa ku duga Papa mengeluarkan sesuatu dari pinggangnya dan..
Dorr!! Dorr!! Dorr!!!
Dua polisi meregang nyawa di teras rumah Nenek. Aku mencium darah yang aromanya tak jauh beda dengan bau anyir tiga hari yang lalu. Papa telah membunuh empat orang dalam tempo lima hari. “Papa memang seorang pembunuh!” Rutukku dalam hati.
Dorr!!
Satu suara tembakan semakin membuat aku terbelalak tak percaya. Papa menembak sendiri kepalanya sebelum polisi lain menembak kedua betisnya. Ku dengar pula teriakan Adikku yang tak ingin aku dengar. Pandanganku gelap dan untuk selanjutnya aku tidak ingat apa-apa.

Beberapa hari setelah itu Nenek jatuh sakit. Aku benar-banar semakin menderita. Tanpaknya air mata telah habis untuk menangisi semua yang aku alami. Ingin sekali mulutku menyumpah Papa dan mencerca Mama yang telah membuat hidupku hancur dalam tempo yang begitu cepat. Takdir berkata lain. Nenek meninggal dunia karena penyakit jantungnya dan aku tahu, Nenek meninggal dengan membawa kesedihan. Jika aku dibolehkan untuk memilih antara hidup dan mati, maka aku lebih memilih mati saja. Menyusul Papa, Mama, dan Nenek yang selama ini menyayangiku. Hingga akhirnya Paman Salim membawa kami berdua yang telah yatim piatu, aku dan Adikku yang masih balita ke kotanya.
Paman Salim adalah Adik Papaku. Mereka mengontrak rumah di sebuah kota Provinsi yang berbeda. Tapi sungguh tak pernah ku duga mereka membawaku ke rumahku kembali. Rumah yang selalu membayangiku dengan aroma darah yang menguar beberapa waktu yang lalu. Tidak! Aku tidak ingin kembali lagi untuk selama-lamanya.. aku ingin melupakan ketragisan itu
Paman mencoba membujukku.
“Dari pada paman harus mengeluarkan uang tiap bulan untuk mengontrak, lebih baik paman mendiami rumah Papamu. Insya Allah, semuanya akan baik-baik saja.” Ujar paman ketika aku melayangkan ketidaksetujuan itu padanya.
“Kamu jangan mengingat-ngingat terus Papa-Mamamu sayang. Kalian masih punya Paman dan Bibi yang menyayangi kalian.” Hibur Bibi Santi suatu hari ketika didapatinya aku menangis tergugu. Dan benar apa yang telah dikatakan Bibi, mereka menyayangi aku dan Adikku seperti orangtua terhadap anaknya sendiri.
Tapi kasih sayang itu tidak akan bisa meluruhkan kesedihan dan air mata yang telah bersemayan di hatiku. Bayangan Papa dan Mama tak akan pernah lekang dari kedua pelupuk mataku.
Potret Papa dan Mama ku gantung di dinding dengan pigura yang indah. Mereka tersenyum bahagia. Papa merangkul Mama bersama aku dan Adikku. Aku seperti tersedot oleh lorong waktu. Lalu kenapa keceriaan itu harus berakhir dengan tragis? Kenapa mereka harus meregang nyawa di saaat aku masih membutuhkan kehangatan kasih mereka? Di saat mereka belum cukup tua untuk meninggalkan dunia. Mama meninggal pada usia 30 tahun dan Papa 32 tahun. Paman dan Bibi pernah mengambil pigura itu dan diam-diam membuangnya ke tong sampah tanpa sepengetahuanku. Tapi aku berhasil mengetahuinya dan aku mengambilnya kembali untuk dipasang di tempat semula. Lalu kutanya kenapa mereka membuangnya.
“Paman tak ingin kamu murung dan selalu menangis dengan keberadaan potret itu.”
“Tidak! Aku akan mengenangnya paman. Hingga akhir hidupku, atau mungkin hingga aku bosan karenanya.” Tapi sampai kapankah aku bisa bosan.
Dua tahun berlalu. Aku masih berteman dengan mimpi yang ku karang sendiri. Tentang Mama dan Papa dan tentang semua kepedihan yang ku rasa. Kadang aku tertawa bila mengenang semua yang pernah aku alami bersama mereka berdua. Tertawa mengenang canda tawa, menangis dan histeris bila malam menyergapku ke dalam kesunyian yang semakin mencekam. Tak ada yang bisa mengobati kesunyian dan rasa rinduku ini selain Papa dan Mama yang telah menambatkan semua cinta kasih itu di seluruh ruang hatiku.
Paman dan Bibi merasa khawatir dengan kondisiku dan membawaku ke psikiater. Untuk apa aku dibawa ke sana? Aku harus dibawa satu minggu sekali secara rutin. Jika masa tiga bulan belum ada perubahan aku disarankan dibawa ke rumah sakit jiwa karena aku di diagnosis paranoia. Sejak saat itu aku tak pernah lagi percaya terhadap psikiater. Aku menganggapnya hanya seorang pembohong dan mulut besar. Itu asumsiku. Tapi parahnya Paman dan Bibiku lebih percaya terhadap psikiater itu ketimbang keponakannya sendiri, bah!
Tiga bulan setelah itu Paman benar-benar membawaku ke rumah sakit jiwa.
“Paman! Aku tidak gila!”
Paman mengeluh panjang dan Bibi mengusap air matanya.
“sayang, tiap minggu kami akan selalu menengokmu. Kamu pasti akan rindu terhadap adikmu bukan?”
Tinggallah aku di lingkungan yang terasa asing bagiku, tempat yang benar-benar membuatku semakin frustasi setengah mati. Tak ada lagi potret Mama dan Papa. Hari-hariku ku jalani dengan beban rindu yang menyiksa perasaan.
“Paman, bawa potret itu ke sini.” pintaku saat Paman menengokku minggu berikutnya. Paman hanya mengangguk lemah. Namun tak pernah sekalipun Paman membawanya.
Aku membenci semua penghuni rumah sakit jiwa. Kenapa pula aku harus hidup di tengah orang-orang seperti mereka. Apa salahku? aku hanya merindukan kedua orangtuaku dan aku hanya menumpahkan rindu yang tak terperi itu dengan apa yang aku mau. Bukan apa kehendak Paman dan Bibiku. Apalagi psikiater pembohong itu.
Selalu ku tulis surat untuk mereka -orangtuaku. Surat rindu yang tak akan pernah lekang dalam mimpi-mimpi sekalipun. Bila angin lewat, ku robek-robek secarik surat itu hingga menjadi serpihan-serpihan kecil. Biarlah angin yang berkesiut itu mengantarkan pesanku pada Mama dan Papa. Atau aku bakar surat itu dan ku tabur abunya di kolam taman. Aku harap mereka menyampaikan rindu ini pada bumi sebagai tempat terakhir orangtuaku bersemayam. Aku.. ah, aku terlampau rindu.
Semua perawat di tempat ini sungguh menjengkelkan. Tapi tiba-tiba ada seorang berjilbab yang belum pernah ku jumpai sebelumnya. Mungkin ia perawat baru di sini. Ia baik sebaik Mamaku dulu. Mengajakku bercerita dan bercanda. Ia periang seperti periangnya Papaku. Ia selalu mengajakku bermain dan seakan-akan ia adalah titisan dari kedua orangtuaku. Aku merasakan kehadiran Mamaku di sini.
“Apa Ibu juga menganggapku gila?” tanyaku suatu hari.
Perempuan itu terperanjat mendengar pertanyaanku. “Tidak, kamu anak yang baik. Siapa bilang kamu gila.”
“Kata orang-orang.”
Perempuan itu tersenyum dan mencoba meyakinkanku bahwa aku baik-baik saja. Dan aku percaya kepadanya, karena aku tahu, dia tak pernah berbohong sebagaimana berbohongnya psikiaterku dulu.
Suatu hari ia menemukan diary hitamku. Diam-diam dia membacanya dengan tuntas, lantas menatapku.
“sayang, kamu…” dia tidak meneruskan kata-katanya dan tiba-tiba ia memelukku dalam kehangatan kasih sayangnya. Tiba-tiba aku merasakan pelukan Mama.
“Mama.”
Perempuan itu mengangkat daguku. “sayang, kamu tahu dunia ini belum berakhir. Kamu masih punya orang-orang yang menyayangimu. Jangan kau biarkan dirimu menderita seperti itu.”
“Aku hanya rindu Mama dan Papa.”
“Tapi kamu tak pernah sekali pun merindukan Tuhan yang telah menciptakan Mama dan Papamu.”
“Karena Tuhan telah mengambil nyawa Mama dan Papaku.” bantahku.
“Tapi Tuhan telah memberimu kesempatan untuk merasakan kasih sayang mereka berdua. Kau tahu? Tuhan juga memberimu rasa rindu itu.”
Aku terdiam dan mencoba mencerna setiap kata-katanya.
“Apa yang terjadi jika seandainya Tuhan tidak pernah memberimu kesempatan untuk bisa melihat kedua orangtuamu. Atau kau tidak terlahir dari Mamamu?” lanjutnya dan tatapannya menyisir setiap relung hatiku. Dia tersenyum dan melanjutkan kata-katanya, “Ibu ingin melihatmu tersenyum.”
Entah kenapa, aku terdiam dalam tangis. Tapi tangis saat ini berbeda dengan tangisan sebelum ini. Aku merasakan kehangatan menjalari hatiku. Aku merasakan getar kerinduan pada Tuhan yang selama ini aku nyaris melupakannya.
“Antarkan aku pulang.” Lirihku dan perempuan itu mengangguk senang dan kembali membenamkan kepalaku pada pelukannya.

Senin, 23 November 2015

Minarshy Fitrianti

FOTO-FOTO

Top 5 Kriteria Cewek Idaman Cowok Indonesia


#1. Hijabers atau muslimah
Kriteria pertama cewek yang menjadi idaman sebagian cowok di Indonesia adalah cewek yang hijaber atau muslimah berkerudung.
Banyak cowok yang berasumsi bahwa cewek hijaber atau cewek yang menggunakan kerudung dalam setiap aktivitas sehari-hari adalah cewek yang memiliki kepribadian yang kalem, bisa di ajak untuk serius, dan jauh dari sifat yang “nakal”.
Karena alasan tersebut, maka tidak salah jika cewek hijaber atau muslimah berkerudung bisa menjadi seorang cewek yang menjadi idaman para cowok di Indonesia.
#2. Cewek visioner
Sebagian cowok juga mengidam-idamkan untuk memiliki gebetan seorang cewek yang visioner, alias cewek yang mempunyai pandangan jauh kedepan dalam membina hubungan.
Cewek visioner identik dengan kepribadian yang bisa di ajak untuk serius dan bisa sama-sama di ajak untuk membina masa depan yang lebih baik.  :)

#3. Cewek yang berkulit putih atau kuning langsat
Nah ini dia! Cowok Indonesia entah karena apa jika berbicara masalah fisik terutama kulit doyannya sama cewek-cewek yang memiliki kulit putih atau kuning langsat.
Bagi sebagian cowok, kulit kuning langsat langsat dan kulit putih yang merata sekujur tubuh cewek akan menjadi salah satu kriteria mereka untuk jadi pasangan hidup.
Oleh karena itu, nggak ada salahnya jika kamu bisa memelihara kesehatan kulit tubuh agar bisa tampak lebih memikat di mata para cowok.
#4. Cewek dewasa
Dewasa bukan hanya di nilai dari faktor usia, tapi juga sikap dan kepribadian kita. Cowok selalu mendambakan agar bisa dekat dan memiliki cewek yang dewasa di sisi mereka, karena pada prinsipnya cowok juga butuh di mengerti oleh pasangan yang berpikiran dewasa.
Kamu harus tahu bahwa cowok juga butuh kehadiran cewek yang punya pemikiran matang atau dewasa yang mampu mengakomodir semua kebutuhan psikis pria.
#5. Cewek cerdas
Kriteria cewek yang di idamkan oleh cowok di Indonesia salah satunya adalah mempunyai cewek yang cerdas. Alasan mereka beragam. Mulai dari cerdas humoris, cerdas diajak belanja, cerdas diajak ngobrol, cerdas dalam mengambil keputusan bersama, dan sebagainya.
Tipe cewek kayak begini menurut sebagian cowok, merupakan cewek yang bisa lebih dalam hal memberikan pengertian dan lebih mampu berpikiran positif.
Oke girls, demikianlah 5 kriteria cewek yang menjadi idaman para cowok di Indonesia, yang semoga bisa menjadi referensi buat kamu.
Sumber : Kaskus
Ingin share, konsultasi, berbagi tips, atau ada pertanyaan? Kami siap mendengarkan!
Add LINE account tips-cewek.com dengan LINE ID : tipscewek (fast response @ office hours only).

koleksi foto minarshy cewek cantik